Thursday, April 21, 2011

My Dear, You are Not Alone

 Aku melihatnya pada hari pertama mengajar di kelas 1 Sekolah Dasar Negeri di belakang rumah. Kulitnya putih, wajahnya lucu menggemaskan, dan badannya lebih besar dari teman-temannya di kelas. Wali kelasnya mengatakan ini adalah tahun keduanya di kelas satu. Alasan dia tidak naik kelas adalah karena dia sama sekali tidak bisa membaca. Dengan banyaknya siswa di dalam kelas, wali kelas tidak mampu membantunya mengatasi kesulitan dalam membaca. Dan aku hanya seorang guru pembantu yang datang seminggu sekali tanpa punya pengalaman untuk menghadapi siswa dengan kekurangan. 

Tahun berikutnya, wali kelas menaikan dia ke kelas dua. Akan tetapi dia harus bertahan di kelas dua selama dua tahun. Aku bertemu lagi dengannya ketika aku diangkat menjadi wali kelas 3. Selama di kelas, aku memperhatikan perilakunya, bagaimana dia belajar, bergaul, dan berbicara. Dia bukan anak bodoh yang seperti orang lain katakan. Dia berbicara normal dengan kosakata lengkap. Bahkan melebihi kosakata teman sekelasnya karena umurnya jauh lebih tua. Dia memiliki hobi automotif. Dan ketika dia membicarakan mesin, motor, dan mobil, dia sangat menguasainya. Dia bisa menghitung dengan baik. Dia normal, kelemahannya adalah dia tidak bisa membaca. 

Aku mencoba membantunya. Tetapi dengan situasi kelas yang padat, sulit rasanya untuk fokus untuk membantu kesulitannya. Karena kelas diisi dengan berbagai karakter anak yang juga membutuhkan bantuan lainnya. Aku pun memintanya untuk datang ke rumah untuk belajar lebih intesif, tetapi dia tidak pernah datang. 3 bulan aku mengajar dan menjadi wali kelas, aku mengundurkan diri karena mendapat pekerjaan baru. Aku mendengar berita bahwa tidak lama setelah aku berhenti dia pun tidak pernah lagi kembali ke sekolah.

Hingga saat ini, rasa itu masih ada. Rasa bersalah karena tidak dapat membantunya. Tidak sedikitpun aku bisa memberikan masukan bahwa masalah yang dia alami dapat diatasi. Banyak orang yang juga memiliki kesulitan belajar dan tetap bisa menjadi manusia yang mandiri dan dapat melanjutkan sekolahnya. Beberapa ilmuwan penting dan orang ternama juga memiliki kesulitan itu dan mereka mampu menghadapi hambatan itu. Hanya saja sedikit orang yang paham bahwa kesulitan dia belajar dapat diatasi dengan terapi yang tepat. Banyak dari mereka hanya dapat pasrah dan mengatakan dia tidak mampu lagi mengikuti pelajaran di kelasnya. Bahkan tanpa terkendali orang yang dengan kejamnya menjatuhkan harga diri dan semangatnya dengan  mengatakan dia anak bodoh. 

Apa yang dia lakukan sekarang? Apa dia dapat hidup mandiri dan menghargai hidupnya apapun kekurangannya. Hidupnya sangat berharga. Kehadirannya menginspirasikanku. Membuatku ingin belajar dan memahami mengapa kesulitan belajar dapat terjadi. Metode apa yang harus diterapkan untuk membantunya. Aku ingin tahu dan aku ingin membantumu juga anak-anak yang lain yang memilik masalah yang sama. Karena kamu tahu, kamu tidak sendiri, banyak anak lain memiliki kesulitan dalam belajar termasuk aku.



This is for you Asep, where ever you are, you are going to great person.

2 comments:

Rednino said...

sedih banget ulan....
semoga dia diberi kelebihan lain yang kelak akan membuatnya hebat

ulanrouge said...

Orang yang akan selalu lan kenang... di mana ya dia sekarang...